Minggu, 22 Mei 2016

Taittiriya Upanisad


A.  Definisi Upanisad
`      Upanisad merupakan kelompok buku-buku Veda yang merupakan bagian akhir dari Veda (mantra), kitab Upanisad ini dinamakan kitab Vedanta mengingat kedudukannya sebagi bagian akhir (anta) dari Veda.
       Menurut isinya, kitab Upanisad dibedakan antara dua jenis, yaitu yang isinya memuat pokok-pokok ketentuan mengenai rituil (karma) yang disebut sebagai Karma Kanda, dan kelompok kitab-kitab yang memuat ajaran Ketuhanan yang dikenal dengan nama Jnana Kanda (Gde Pudja, 1999: 13)
       Kata Upanisad berasal dari kata Upa (dekat), Ni (dibawah) dan Sad (duduk), berarti duduk dibawah dekat guru untuk mendengarkan Upadesa (ajaran) mengenai Tuhan, penderitaan, surga-neraka dan moksa. Kitab Upanisad memuat ajaran yang bersifat ilmiah dan karena itu kitab Upanisad merupakan kitab ngelmu (jnana) yang dapat membuka mata hati pembacanya dalam membuka misteri kehidupan alam semesta ini sehingga menjadikan jnani itu bijaksana (vipra). Terdapat kurang lebih 108 kitab Upanisad, salah satunya adalah Taittiriya Upanisad (Gde Pudja, 1999 : 15)

B.  Taittiriya Upanisad
Taittiriya Upanisad ini dipelajari secara luas, lebih dari Upanisad yang lain. Mantra-mantranya yang digunakan dalam kebanyakan upacara (Karmanusthana) diambil dari sini. Sikshavalli, Anandavalli, dan Bhirguvalli adalah tiga bagian dari upanisad ini.
Sikskhavalli membahas berbagai aspek tentang penyampaian pendidikan. Bagian ini mengajarkan kendali atau pantangan yang dijalankan selama tahap Brahmacarya beserta keagungannya, urutan tentang bagaimana seharusnya mempelajari Veda, pemujaan terhadap pranawa dan lain-lain. Avahanti Hotma, yang dilakukan oleh guru dengan memohon pertolongan Tuhan agar para siswanya menerima Veda tanpa paksaan berasal dari Upanisad ini.
Ajaran seperti “ungkapkan atau sampaikan kebenaran, ikuti jalan Dharma” (Satyam Veda, Dharma Chara) muncul hanya dalam Upanisad ini. Mempelajari Veda dan mengikuti Dharma seseorang tidak boleh ditinggalkan. Untuk menyebarkan hal itu didunia ini, seseorang harus berkeluarga dan mempuyai anak untuk meneruskan pelita Dharma atau seperti yang dikatakan dalam Upanisad tanpa memutus kesinambungan. Ibu, ayah, guru dan tamu harus diperlakukan seperti orang suci. (matru devo bhav, pitru devo bhav, acarya devo bhav) mantra-mantra ini hanya ditemukan disini. Kebaikan dari tindakan memberikan derma atau kewajiban diagungkan dalam Upanisad ini.
Bagian dari Upanisad ini yang berisi tingkatan kebahagian dan memuncak dalam Brahmananda adalah Anandavalli. Annamayakosa (bungkus makanan) adalah tubuh yang hidup karena makanan, Praanamayakosa (kehidupan yang bernafas didalamnya), manomayakosa (citta) yang menciptakan pikiran, dan didalam Vigyaanamayakosa (pengetahuan) yang membedakan yang benar dan yang salah, adalah ke empat kosa. Anandamayakosa adalah pusat dari keempatnya. Bagian ini menjelaskan bagaimana Atman bersemayam disini dalam unsur alami dan dalam keadaan bahagia.
Setiap Kosa telah “dipesonifikasi” menjadi seekor burung dan ajarannya mengibaratkan kepala, sayap kiri, sayap kanan, tubuh, ekor burung dan lain-lain. “Yato vaacho nivartante” dan mantra-mantra lain yang sering dikutip seperti “tidak ada yang ditakutkan oleh seseorang yang telah menyadari keadaan kebahagian Brahman, tanpa perlu meraih melalui ucapan dan pikiran” muncul dalam upanisad ini
Bhriguvalli adalah tentang apa yang diajarkan Varuna pada putranya, Bhirgu. Meskipun istilah upadesa (mengajar) digunakan, tidak berarti bahwa guru membacakannya semua pelajaran. Sang guru, Varuna, memotivasi putranya untuk melakukan sendiri telaah yang mendalam dan mengalami sendiri hasilnya. Karena itulah Bhirgu sendiri yang membuat sanksi untuk dirinya dan pada mulanya menyadari Annamaya Kosa atau tubuh adalah sebagai kebenaran akhir. Tapi ia melanjutkan tapanya hingga secara progresif mencapai tingat lebih tinggi yaitu Pranamaya (hidup), Manomaya (citta), Vigyamaya (pengetahuan), dan meraih keadaan bahagia–Aanandamaya-tingkatan dimana dengan pengalaman dia menjadi tahu bahwa kebahagian adalah kebenaran akhir.
Hal ini tidak berarti bahwa Upanisad menganggap rendah kehidupan duniawi biasa yang berhenti pada tingkatan tubuh-Annamaya. Seseorang perlu mengerti kebenaran tertinggi bahkan ketika mengejar tujuan duniawi.
Dengan menjalani hidup sesuai Dharma, kehidupan ini seharusnya dianggap sebagai sarana (upaaya)-alat untuk meraih tingkatan yang lebih tinggi. Karena itulah mengapa setelah meraih keadaan bahagia-Annandamaya Kosa-Upanisad menyatakan “jangan meremehkan makanan, jangan menyia-nyiakan makanan, hasilkan lebih banyak makanan, dan lain-lain”. Kemudian teks ini diakhiri dengan “para jnani berpikir bahwa ia adalah makanan, orang yang memakannya, orang yang menciptakan hubungan antara makanan dan konsumennya dan bahwa ia bernyanyi dengan kebahagian dalam pikiran bahwa Tuhan dan ia adalah sama.


Daftar Pustaka
Mascaro, Juan & Swami Harshananda. 2010. “UPANISAD HIMALAYA JIWA Intisari Upanisad”. Media Hindu. Jakarta
Pudja, Gde. 1999. ISA UPANISAD. Paramitha. Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar